Lo Keng Hong dalam sebuah seminar menceritakan bahwa semasa kecil merasakan kehidupan yang susah. Rumahnya di Jakarta sempit, hanya selebar empat meter. Ia mulai kuliah malam jurusan Sastra Inggris di
Universitas Nasional, Jakarta sambil tetap bekerja sebagai pegawai tata
usaha di PT Overseas Express Bank tahun 1979.
Memulai menjadi investor saham dengan usia sudah tidak
muda lagi, 30 tahun, pada tahun 1990 pindah bekerja di Bank Ekonomi dan akhirnya tahun 1991 menjadi kepala cabang. Setelah bekerja selama 17 tahun, ia berhenti bekerja dan berkonsentrasi penuh menjadi seorang investor saham.
Lo Keng Hong Selalu berusaha hidup hemat. uang yang ia punya ia belikan saham. Membeli yang perlu saja, seperti kebutuhan pokok. Mungkin orang lain jika dapat uang akan dikonsumsi, atau ditaruh di
deposito. Kebanyakan orang uangnya dikonsumsi, misalnya dibelikan mobil, handphone.
Sementara, ia adalah orang yang paling anti membeli mobil, karena
nilainya turun. Sampai tahun 2014 ia masih pakai mobil yang sudah
berusia 10 tahun.
Saham Ibarat Harimau
Pak Keng Hong mengibaratkan saham itu seperti bianatang buas harimau, Investor A memandang bursa efek seperti memandang harimau sebagai binatang yang ganas dan mematikan, sedangkan investor B memandang harimau sebagai binatang yang bisa dimanfaatkan (pengusaha taman safari) yang bisa untuk mencari uang.
Tentang Bagaimana Membeli Saham yang baik
"Buy what you Know, and Know what you Buy" kita harus tahu apa yang dibeli, jangan membeli kucing dalam karung. "Tuhan itu Maha Pengampun, namun bursa saham tidak kenal ampun pada saham yang tidak dikenal" ungkapnya.
Saham yang baik tidak lepas dari perusahaan nya sendiri, perusahaan yang baik harus mempunyai manajemen yang baik, dikelola oleh orang yang jujur dan profesional, mempunyai integritas dan berkapasitas. Sebagai investor, kita harus tahu manajemen perusahaan agar jangan sampai membeli perusahaan yang dikelola oleh orang yang mengambil uang perusahaan untuk memperkaya diri. Selain itu investor juga harus memilih sektor perusahaan yang bagus, misalkan hindari perusahaan tekstil yang harus berjuang menghadapi produk-produk murah dari luar negeri. Menghindari perusahaan yang merugi terus menerus.
" Kalau kita mempunyai perusahaan yag untung besar, kita seperti memiliki mesin pencetak uang" lihat laporan keuangan nya ROE, DER, EPS dan lain2. Belilah perusahaan yang mempuyai valuasi yang murah daripada yang mempunyai valuasi mahal (PER).
Berikut video yang penulis ambil dari youtube tentang beliau:
Source :, youtube, berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar